KUALATUNGKAL – Gula impor masih beredar di pasar tradisional maupun warung-warung sederhana di Kualatungkal. Gula luar terlihat lebih putih dan berkristal bila dibanding gula lokal, asal Lampung. Pihak Bea dan Cukai Kuala Tungkal mengakui gula luar masih beredar di pasaran. Pihaknya menyangkal, gula asal Thailand dan India tersebut masuk lewat perairan Kuala Tungkal.
Pantauan Media dalam sepekan terakhir, di pasar Tangga Raja, grosir-grosir, terlihat gula putih yang warnanya putih bening masih dijual. Begitu juga di warung-warung kecil, masih dijual dengan harga Rp 9.500 per kilogram.
Pemilik warung di Jalan Beringin mengaku membeli gula tersebut dari salah satu grosir di pasar Kuala Tungkal.
“Memang warnanya putih nian, makanya saya campur dengan gula Lampung. Saya masih ngikuti harga pasaran, Rp 9.500 perkg. Tapi herannya, dari grosir karungnya gula lokal asal Lampung. Padahal warnanya putih dan rasanya tidak begitu manis,” jelasnya.
Dikatakan, gula luar harga belinya lebih murah ketimbang gula lokal. Satu kilogramnya tidak sampai Rp 8.000, dari toko grosir. “Kalau gula lokal masih tinggi sekitar Rp 8.000 perkg,” katanya.
Kepala Bea dan Cukai Kuala Tungkal, Edy Hidayat mengatakan gula luar yang beredar di pasaran tidak melewati pintu gerbang perairan Kuala Tungkal. Menurutnya, bisa saja gula tersebut masuk lewat darat atau dari provinsi tetangga.
“Memang ada gula luar beredar di pasar Kuala Tungkal, tapi tidak sampai berton-ton. Dan gula itu tidak melewati perairan kita, bisa saja dari provinsi tetangga,” jelas Edy.
Sejauh ini pihak Bea dan Cukai belum menemukan adanya kapal-kapal yang mengangkut gula impor masuk pelabuhan tikus dan bongkar di gudang Parit Gompong. “Kita belum ada temuan, dan kita tetap monitor terus,” jelas Edy. (adr)
Senin, 29 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar